- Heroik Leadership ( kita semua adalah pemimpin ) -
Seringkali aku melihat di televisi berita yg mengambil judul Indonesia krisis pemimpin. Hal tersebut mengusikku untuk bertanya dan mencari tau lebih jauh apa yang dimaksud head line news tersebut. Kalau dipikir pikir disetiap sendi kehidupan bertaburan pemimpin. Di kelas ada ketua kelas, di OSIS ada ketua ,di semut ada ketua semut, di sekolah ada Kepala Sekolah, di lingkungan kita ada pak RT, RW, pamong lingkungan, Pastur Paroki, camat, walikota, bupati, gubernur, sampai Presiden. Semua ada, lantas mengapa headline news tersebut membuat berita seperti itu. Apa maksud kepemimpinan disini ?
#. Pengalaman nonton saung Mang Udjo di Bandung
Pada study banding kemarin, saya dan guru Sedes berkesempatan menonton pertunjukan angklung mang Udjo yang terkenal itu. Pertunjukan yang sudah sering keluar masuk tv dan sudah mendunia. Iya tentu saya terpukau dengan apa yg disajikan disana. Dalam pertunjukan tersebut salah satu bagiannya adalah main angklung bersama. Setiap pengunjung diberi satu angklung dengan nada berbeda dan dipimpin oleh seorang dirigen yg katanya anak dari mang Udjo. Saya termasuk penonton yang mendapatkan satu angklung waktu itu saya mendapat nada mi /3. Anak mang Udjo mulai mengarahkan kami dan meminta untuk membunyikan angklung mulai dari 1,2, 3 dst dengan kode tangan, dan telah disepakati bersama. Setelah itu anak mang Udjo mulai mengtes dengan gerakan tangan yang acak tidak urut 1,2,3. Tentu saya harus fokus dan memperhatikan tangan / aba aba darinya. Dan pada akhirnya kita semua berhasil main angklung dengan berbagai lagu bersama yang di komandoi oleh anak mang Udjo.
Pengalaman tersebut membuat saya merefleksikan banyak hal. Yang pertama adalah kepiawaian anak mang udjo memimpin kami dengan latar belakang berbeda, suku agama , ras, negara dll , dengan keterampilan yang mungkin bagi saya nol dalam bermain angklung. Bagaimana dengan keunikan kami masing masing, nada angklung yang berbeda berhasil dibuat orkestrasi lagu yang indah oleh komando dari anak mang Udjo. Sangat luar biasa, hal yang beraneka ragam di selaraskan menjadi sebuah nyanyian angklung yang enak di dengar. Dalam keseharaian kita , tentu kita menghadapi kondisi yang hampir mirip seperti itu, berbeda latar belakang, kepentingan , watak dan lain lain. Hal tersebut seringkali menjadi tembok besar buat kita untuk melakukan sesuatu. Namun jika kita belajar dari pengalaman tersebut bagaaiman kepemimpinan anak mang Udjo sangat berpengaruh disini. Bagaiman beliau mengorkestrasi perbedaan menyelaraskannya sehigga menjadi lagu yang indah. Yang kedua , apa jadinya jika setiap dari penonton tersebut ber ego main sendiri sendiri angklungnya, tentu tidak akan menjadi nyanyian yang indah. Lalu apa yang menyatukan kami semua disana ? Tentu adalah tujuannya / VISINYA. yaitu bermain bersama angklung menyanyikan lagu. Visi itu yang membuat saya dan penonton disana untuk setia dan mengikuti komando dari anak mang Udjo. Maka , penting bagi organisasi atau perkumpulan manapun untuk merumuskan visi bersama dan berjuang bersama mewujudkan visi tersebut. Sebagai seorang pemimpin visi menjadi penting , karena visi itu yang akan mengarahkan kita pada tujuan bersama ( pemimpin yang visioner ).
#. Memimpin dengan hati belajar dari dirigen koor
Hari minggu , hari pentakosta, hari turunya Roh kudus atas para rasul, roh yang akan menggerakkan setiap langkah para rasul dalam mewartakan kabar gembira. Di hari minggu ini, saya bersama kedua teman pergi ke gereja gedangan. Awal masuk ke gereja semua nampak biasa saja. Sampailah tiba misa dimulai dengan lagu pembukaan. Pada saat itu pandanganku tertuju kepada kelompok koor yg terdiri dari bapak bapak paruh baya yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang yang dipimpin seorang dirigen ,sebut saja pak senyum gigi ompong, karena ku tak tahu namanya. Selama lagu pembukaan berkumandang, mataku tertuju pada sang dirigen, setiap gerak gerik dan mimiknya tak luput dari mataku. Menarik perhatianku sungguh bapak ini, ratusan kali ku masuk gereja dan mendapati berbagai macam dirigen koor, baru kali ini ku merasakan dirigen koor yang luar biasa. Mungkin terkesan lebay, namun sungguh hal ini yang kurasakan. Aku merasakan betapa bapak itu melakukan tanggung jawabnya sebagai dirigen koor dengan sepenuh hati. Ku melihat semangat yang membara dari dirinya, meski usia yang tak muda bapak ini dengan lincah mendirigen i koor dan umat. Berkali kali dia harus berbalik badan memimpin koor dan umat bernyanyi, sangat energik. Mimik wajahnya yang membuatku merasakan untuk mau terlibat bernyanyi. Sesekali dia tampak tersenyum meski gigi depannya sudah tak ada. Aku sungguh merasa diajak olehnya, hatiku bergetar. Entah kenapa semangat yang dimiliki bapak tadi menular, dan akupun bernyanyi lantang memuji Tuhan sampai misa selesai. Hal yang tidak terjadi biasanya, aku terkadang malas bernyanyi. Ketika misa selesai, dua temanku ternyata merasakan hal yang sama denganku. Dari pengalaman tersebut aku merenungkan satu hal, apa yang dimiliki bapak tadi adalah hati. Bagaimana bapak tadi menjiwai perannya sebagai dirigen (pemimpin lagu) , hati dan jiwa tersebut yang menggerakkan seluruh tubuhnya sehingga sangat energik meski usia tak lagi muda. Hati dan jiwanya lah yang membuat sesekali senyum tersungging darinya. Hati dan jiwanyalah yang mampu menular kepada kami umat untuk mau mengikuti ajakannya untuk bernyanyi. Aku tak mengenalnya, dan aku bukan pula bawahannya. Tapi aku mau melakukan ajakannya. Dia adalah seorang pemimpin, meski dia tak punya organisasi formal namun dia mampu mengajak kami umat untuk bernyanyi memuji Tuhan. Ya, kita semua adalah pemimpin , meski kita tak punya organisasi, lebih lebih berorganisasi.
Memimpin dengan jiwa dan hati, bapak tersebut tidak memiliki jabatan strukturan, bahkan tidak punya wewenang untuk menyuruh atau menugaskan. Yang dia lakukan adalah mengajak dengan sepenuh hati. Melalui hati dan jiwanya dia mampu membuat kami mengikutinya. Teladannya yang menggerakkan kami untuk bernyanyi.
Pemimpin bukan apa yang dijabatnya, atau organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin adalah tentang apa yang dia lakukan, dan apa yang dia lakukan mampu untuk menggerakkan orang lain untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
Minggu 15 mei 2016 di hari pentakosta.
-- Wegig Sulistya --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar