INSIDEN BENDERA DI SEKOLAHKU
Hmmm…tapi yang ingin kuceritakan adalah cerita insiden bendera yang terjadi di Sekolahku. Tanggal 2 mei merupakan hari yang khusus digunakan untuk memperingati hari Pendidikan Nasional. Kami sebagai bagian dari pendidikan, memperingatinya dengan cara melakukan upacara bendera. Dalam setiap upacara bendera tentu ada satu bagian khusus yaitu acara pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih. Ketika acara pengibaran bendera dibacakan oleh protocol acara sesaat kemudian tampaklah para siswa-siswi petugas pengibar bendera dengan langkah tegap dada membusung tanda kebanggaan berbaris dengan segala kepercayaan diri karena sudah berlatih berkali-kali. Tibalah saat dimana bendera ditali dan dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya. Ketika hendak dikibarkan terjadi sebuah insiden yang tak terduga dimana tali yang mengikat bendera lepas dan tertarik sampai keujung tiang yang membuat bendera tidak mungkin untuk dikibarkan. Tanpak seluruh pandang peserta upacara menuju ke insiden tersebut. Bapak ibu guru berlarian mencoba untuk membantu mengatasi insiden tersebut. Apakah akan merobohkan tiang ? Tanya salah satu guru, tentu akan sulit dan butuh waktu lama. Akhirnya diputuskan bahwa petugas bendera merentangkan bendera sampai upacara berakhir sebagai tanda hormat kami kepada Sang Saka Merah Putih.
Upacara selesai, hal yang menarik terjadi saat upacara selesai. Para petugas pengibar bendera menangis tersedu – sedu. Apa yang membuat mereka menangis ? Tanyaku dalam hati, setelah kukonfirmasi ternyata mereka menangis karena kecewa tidak melaksanakan tugas dengan baik. Ada rasa kecewa mengapa harus terjadi insiden tersebut, “Bukankah kita sudah berlatih sungguh – sungguh”, Tapi mengapa itu masih terjadi ?. Yaah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapan tentu akan menumbuhkan rasa kekecewaan. Teman – teman dan para guru berusaha untuk menghibur para petugas bendera tersebut. Dan salah satunya menyatakan bahwa itu keren lhoo, sangat heroik merentangkan bendera sampai upacara bendera berakhir tentu tidak mudah. Pasti itu capek dan itu demi menghormati Bendera merah putih. Hmmm pahlawan masa kini.
Salah satu program TV yang sedang naik daun adalah kisah Mahabaratha. Dalam suatu episode kisah Mahabaratha dikisahkan para pangeran dari Hastinapura baik pandawa maupun kurawa sedang belajar dalam sebuah padepokan namanya Gurukul dengan gurunya bernama guru Druna/Durna. Dalam salah satu episode tersebut dikisahkan pangeran Duryudana dan pangeran Bima berkelahi di pinggir sebuah rawa. Akibat perkelahian tersebut mengakibatkan Bima tercebur kedalam lumpur dan terancam tenggelam. Ketika itu bima berteriak minta tolong kepada saudara – saudaranya pandawa. Para pandwa kebingungan bagaimana mengahadapi masalah tersebut. Datanglah murid lain dan guru Durna ke rawa tersebut. Guru durna tidak segera menolong Bima, Guru tersebut berkata kepada pandawa, demikian katanya : “salah satu bagian dari pendidikan adalah belajar bagaimana mengatasi situasi – situasi yang tak terduga”. Maka beliau sengaja tidak langsung menolong Bima. Kata – kata guru tersebut menantang pikiran Arjuna saudara bima untuk memecahkan persoalan tersebut. Arjuna mengambil panah, kemudian memanah salah satu ranting pohon yang berada di dekat rawa. Ranting itu tumbang dan digunakanlah untuk menolong Bima.
Dua buah kisah yang berbeda setting namun memberikan pembelajaran hidup yang sama. Belajar di sekolah bukan hanya belajar tentang teori dan ilmu pengetahuan , rumus yang nantinya digunakan untuk mengerjakan soal ulangan atau ujian. Akan tetapi lebih dalam dari itu, belajar itu tentang berpikir dan menyelesaiakan masalah belajar menghadapi kekecewaan dan bangkit untuk lebih baik lagi.Belajar menghadapi masalah yang tak terduga, bagaimana kita menghadapi tantangan jaman yang semakin kompleks. Dan akhirnya belajar itu untuk hidup, hidup adalah belajar tanpa henti.
Non Scholae Sed Vitae Discimus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar