Hari hari ini sedang ramai dibicarakan mengenai hari pertama masuk sekolah. Sekolah
yang katanya merupakan tempat seseorang memperoleh pendidikan. Sekolah menjadi
tempat seluruh anak negeri memperoleh pendidikan yang formal. lalu pendidikan
yang tidak formal itu dimana tempatnya. Keluarga yang katanya merupakan unsur
pertama dan utama seseorang memperoleh
pendidikan. Orang tua adalah gurunya.
Pada faktanya, menurut data statistik entah
darimana, atau menurut trend nya sekarang, karena kesibukan orang tua memenuhi
kebutuhan yang katanya semakin banyak dan semakain susah dicukupi, emm
kebutuhan atau menuruti hawa nafsu...ideologi kudu sugih, ahh saya ga tahu.
Tapi yang jelas menurut data , tren orang tua sekarang mendidik anak tak lagi menjadi tanggung jawabnya,
ya karena orang tua udah bayar mahal kepada si empunya pendidikan yang katanya
bernama sekolah. Ya aku udah bayar urusan didik mendidik ya kamu yang ngurusin
sekarang. Hmmm dikira pendidikan tu kayak jual beli aja, ahh anak anak tentu
bukan barang dan sekolah bukan penitipan barang, ehh anak.
Oleh karena itu negara yang diwakili pemerintah yang menanggung alias yang bertanggung jawab ,
terkubgkung komitmen dalam UUD untuk mencerdaskan anak bangsa, bikinlah sebuah
regulasi salah satu keterlibatan orang tua dalam mendidik anak adalah dengan
mengantarkan anaknya kesekolah , wuiih kayak jaman aku TK , liat emaku ga ada
di jendela kelas aku pun nangis hahaayy. Harapannya sih itu bentuk kepedulian
orang tua terhadap pendidikan anaknya. Baik sih iya, ya kemudian harapan
selanjutnya hal itu tak sekedar kulitnya saja, formalitas dan bersifat
ceremonial, ahh kog negatif thinking....Ya boleh boleh saja negatif, wobg
faktanya ya begitu. Apa sih masalah mendasarnya.. ya sebenarnya adalah relasi
afeksi, aku menyebutnya. Ditengah dunia bergelimang teknologi , bentuk relasi
manusia mulai berubah, dari bahasa tubuh mimik, berganti dalam bahasa gambar
dan emoticon dalam media sosial ataupun
aplikasi aplikasi chating. Sebagai contoh orang sekarang merasa cukup memberikan
like pada status orang yang kesusahan. Padahal yang dibutuhkan adalah kehadiran
. Lhoo salahnya bikin status ealah ngeles. Hmm
cukup dengan chat di line atau wa orang bisa konek, curhat dan lain
lain. Anehnya juga keluarga sedang kumpul tapi satu sama lain sibuk dengan
gadget nya masing masih. ahhh makin aneh, manusia semakin sepi, relasi semakin
dangkal dan aneh saja. orang bisa berhubungan jarak jauh mencetitakan
keseharian, ketika ketemu sudah habis apa yang akan dibicarakan. Aneh, dan
seperti ada missing nya yaaa...
Seperti pohon kalau kita cuman motong
rantingnya pasti masih akan tumbuh. Tapi bila kita ambil akarnya tentu hal itu
tak kan tumbuh lagi.
Mustinya itu yang menjadi fokus, relasi,
mengembalikan relasi kemanusiaan antar manusia yang sungguh memanusiakan...
mustinya itu yang digarap, ya semoga dengan
mengantar tersebut menjadi pelopor
kembalinya relasi yang memanusiakan antara orang tua dan anak, sukur sukur juga
gurunya di sekolah juga. Karena pendidikan itu relasi yang membutuhkan keterlibatan hati...bukan
suatu proses jual beli...
Tuhan mampukan aku untuk terus memperbaiki
diri, sehingga ku layak disebut sebagai guru...
18
Juli 2016 di suatu sore yang horeee..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar