Sabtu, 24 September 2016

Wahai kau guru brengsek...
Tak pantas kau pasang foto itu...
Anda adalah role model...
Teladan murid muridmu...
Kau harus santun ....
Good looking...
Kau harus berwibawa dan mempesona
Iya karna kau adalah teladan bagi mereka..
Itu yang penting...
Karna masyarakat kita melihat sesuatu dari permukaan bukan kedalaman
Yang penting kamu good looking
Masalah value apa yang kau perjuangkan dan kau ajarkan pada anak didik mu nomer sekian..
Yang penting rapi , seragam sedap dipandang...
Yang penting bisa berkompromi...ya semacam kiak kiuk... ya yang penting semua gembira...
Bukankah sekolah itu tujuannya menyenangkan siswa... jadi ya bikin lah aturan yang populis saja.
Kalau memang anak didik mu tak tahan rasa sakit ya ga usah lah kau bawa mereka kesitu,, kalau yang dikehendaki rasa nyaman ya berilah, anda pasti jadi guru yang akan disukai semua muridmu...
Ga usah mikir perubahan, lha wong perubahan itu menyakitkan., semua tak menghendaki itu di jaman ini, iya karena jaman ini adalah jamanya instan dan kenikamatan..
Tak usahlah kau melawan arus,, sia sia belaka, sepertinya dunia memang sudah digariskan oleh Tuhan ,entah Tuhan yang mana, untuk jadi seperti ini, dunia dimana manusia kehilangan kemanusiaannya,,,kenikmatan yang menjadi berhalanya.

Seharusnya kau tau itu wahai guru brengsek !
Refleksi bar ngumbahi.
Minggu 25 September 2016

Kamis, 15 September 2016

Pendidikan Semestinya Berdaya Ubah

Tujuan pendidikan adalah perubahan. Tentu idealismenya adalah perubahan manusia ke arah yang lebih baik, sebab perubahan tak mesti baik. Berubah ke arah yang mana ? Yang baik tu yang seperti apa ?
Menurut Pater Driyarkara SJ pendidikan untuk memanusiakan manusia. Lha apa belum manusia kog harus dimanusiakan ? , manusia yang ideal , manusia yang sejati itu yang seperti apa ?. Wah kog jadi malah banyak pertanyaan ini. Ahh ya mestinya manusia yang baik pokoknya. Yang baik tu yang seperti apa, aduh pertanyaannya kog ngejar terus sih. Hmm ya mestinya kita  bertanya dengan yang namanya hati nurani. Hati nurani atau conscience itulah yang merupakah anugerah Tuhan yang diberikan pada manusia bukan makhluk lainnya. Hati nurani lah yang akan membisiki kita untuk tahu bertindak mana yang benar dan mana yang tidak benar. Lha ini mau bahas apa kog jadi ngoyoworo. Iya sih membicarakan kemanusiaan tu ya memang tak ada habisnya, bisa bisa kita malah lupa bertindak karena kebanyakan bicara heu heu.
Kembali ke laptop ehh itu milik orang, kembali ke manusia sejati tadi maksutnya. Seorang filusuf yang terkenal sejak jaman yunani kuno sampai sekarang yaitu Aristoteles, wuiih eksis benar ya orang ini, ya jelaslah pemikiran pemikiran filsafat memang melampaui jaman, karena mencari yang mendasar sehingga kini pun masih relevan. Pemikiran Aristoteles tentang manusia sejati adalah sebagai berikut " Menghindari rasa sakit dan mengejar kenikmatan adalah apa yang manusia dan binatang miliki, ketika hidup kita berfokus kesitu maka akan menggagalkan usaha kita untuk menjadi manusia sejati ( manusia sejati, Magniz Suseno). Wah lha apa harus Uga Hari Mesu Budi, haduh urip pisan kog ra golek seneng e ae to, protes keras!. Ya ga harus gitu juga kale, ya intinya tu ya kita manusia mesti itu lhoo menahan sifat dan kehendak kebinatang binatangannya. Lha nyambung, disitulah proses pendidikan berlangsung untuk perubahan manusia dan perubahan sosial. Merubah manusia agar tak kebinatang binatangan , tentu arahnya adalah keadilan dan kedamaiaan yang kita semua rindukan. Ooo jadi ngeh , brarti pendidikan diarahkan agar mampu melahirkan orang yang bijaksana dan memperjuangkan keadilan.
Perubahan bukan hal yang mudah dilakukan dan diterima, karena memang yang namanya berubah itu membutuhkan rasa sakit. Sangat kontradiksi dengan konteks jaman ini, ketika hedonisme menjadi gaya hidup. Disitulah tantangan pendidikan di era ini. Yang namanya perubahan ada dua faktor penting yang mengiringinya yaitu perubahan adalah proses dan perubahan membutuhkan keterlibatan hati. (Dalam Sang Guru Sang Peziarah, Mintara Sufiyanta SJ).Yang pertama, Memang benar perubahan adalah sebuah proses bukan barang jadi. Manusia terus bergerak , maka dalam Pendidikan muncul instilah pendidikan sepanjang hayat (long life education). Seumur hidupnya manusia akan belajar untuk berubah yang tentunya ke arah semakin manusiawi tadi.
Yang kedua, untuk sebuah perubahan membutuhkan keterlibatan hati. Yang namanya proses pendidikan baik itu terjadi di sekolah , keluarga atau masyarakat adalah sebuah relasi kemanusiaan. Di sekolah misalnya , relasi yang terjalin antara guru dengan murid atau murid dengan murid. Dalam proses itu terdapat hubungan manusiawi, dan setiap hubungan manusiawi pasti membutuhkan hati. Dengan hati itulah manusia akan memaknai pengalaman relasi dalam proses pendidikan. Bayangkan saja kalau relasi itu tak melibatkan hati, kita hanya akan menjadi seperti mesin yang jauh dari pemanusiaan itu sendiri.
Tantangan berat bagi pendidikan khususnya sekolah masa kini . Sekolah mestinya perlu berefleksi diri , sudahkah terjadi relasi manusiawi dengan hati, atau malah terjebak kedalam relasi berupa  transaksi / jual beli nilai semata.

Semoga kita semakin dimampukan untuk menjalin relasi dengan hati dalam setiap proses pendidikan yang ada dan berani secara konsisten untuk mengupayakan perubahan agar semakin manusiawi.
Perubahan melalui hal - hal kecil dari diri kita masing masing dan menjadikannya sebagai kebiasaan atau cara hidup.